Satu Kelas
“ Hah? Apa? Kita sekelas sama mereka? “
Suaraku yang cukup keras dan kaget itu terdengar banyak sebagian teman-teman sekelasku di depan madding dekat pendopo sekolah sehingga beberapa anak cewek dari kelas lain pun sempat memperhatikanku karena teriakanku tadi.
“ Syuuuttt!!! Nggak usah keras-keras napa suara lo? “ Hani menyilangkan jari telunjuknya di depan bibir mungilnya.
“ Iya Dir, kita sekelas sama mereka. “ Geny ikut menimpali mendukung ucapan Hani.
Aku setengah mati kaget dengan ucapan Hani dan Geny barusan kalau musuh-musuh bebuyutan kita –aku, Hani, dan Geny- itu sekelas sama aku di kelas 3 ini. Mereka yaitu Kanita, Evelyn, dan Jessy. Mereka sudah menjadi musuh aku, Hani, dan Geny sejak kelas 1 dan bahkan sejak Mabis aku mulai menaruh rasa tidak suka terhadap mereka bertiga yang selalu bersama-sama kemana pun. Rasa tidak sukaku ini pertama muncul saat aku pertama kali melihat Jessy berpakaian yang kurang layak bagi anak SMP, artinya pakaian dengan rok diatas lutut lebih dan tingkahnya yang sok cari perhatian sama kakak Pembina. Itu berawal ketika aku dan Jessy sekelas pada saat tes seleksi SMA Candika dan belum sekelas dengan Hani, Geny, Evelyn, dan Kanita.
Saat Mabis memang aku tidak sekelas dengan mereka bertiga dan aku sekelas dengan Hani dan Geny yang mereka sama-sama tidak menyukai semua cewek itu dan ternyata Geny pernah satu SMP dengan Jessy. Geny menceritakan semuanya tentang Jessy. Sebagian ceritanya itu dapat aku simpulkan jika Jessy itu memiliki banyak sifat buruknya daripada sifat baiknya. Waktu itu kelas Mabis aku dan kelas Mabis Jessy memang bersebelahan, sehingga aku dapat sesekali melihat tingkahnya yang nyebelin itu dan suaranya yang cempreng, nggak enak untuk didengar.
Memang diantara mereka, aku lebih sebal dan tidak suka terhadap Jessy karena tingkahnya yang selalu membuatku Illfeel banget. Mulai dari caper, sok cantik di depan kakak kelas, dan suka nggak terima jika cowok pujaan hatinya didekati oleh teman-teman ceweknya. Iyuh…!! Pokoknya illfeel banget deh aku sama dia!
“ Kenapa sih hidup gue nggak bisa tenang hanya karena 3 orang itu? 3 orang yang selalu membuat gue jadi bikin pulang aja dari sekolah ini? “ aku menahan kesalku dan duduk di kursi dekat pendopo diikuti Geny dan Hani.
Kami duduk bertiga di bangku panjang.
“ Aku nggak salah lihat ternyata. Mereka bener-bener sekelas sama kita dan selama kurang lebih satu tahun akan belajar bersama mereka. “ aku nggak bisa menutupi lagi kekesalanku yang mulai meluap ini.
Ingin aku rasanya memohon dan berlutut kepada Bu Ani,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar