You all are my soul …
Karya :
Nonik Ristiawati
(Risti)
Satu
Kakak pulang!
Hari ini sekolah memulangkan muridnya lebih cepat dari biasanya. Dengan alasan rapat mendadak komite sekolah. Pastinya semua murid akan senang karena sekolah mereka memulangkan murid-muridnya lebih cepat. Biasanya mereka tak langsung pulang ke rumah dulu. Mungkin saja ada yang ingin bermain ke rumah kawannya atau mampir sejenak ke Mal untuk cuci mata.
Terlihat salah satu murid perempuan SMA Juanda yang sedang berdiri di dekat gerbang sekolahnya menunggu temannya.
“ Mana sih si Faya? Katanya mau nunggu disini. “ Eluh cewek itu sambil melihat arloji kesayangannya di tangan kirinya.
Tak lama sesudah itu ada suara dari kejauhan. Sambil berlari kecil rupanya anak perempuan itu menghampiri kawannya yang sudah sekitar 15 menit menunggu di dekat gerbang sekolah mereka.
“ Sorry banget ya, Ra! Gue tadi dipanggil Bu Isna buat nyiapin hari Kamis besok. Soalnya gue dipilih buat ikutan lomba melukis. “ jelas Faya pada sahabatnya, Shara agar tak marah kepadanya.
Shara hanya tersenyum mendengar kata-kata sahabatnya itu. Dia sama sekali tidak marah seperti yang diduga Faya.
“ Gue nggak marah kok, Fay. Masa Cuma nunggu 15 menit aja sampai marah gitu? Emangnya gue anak kecil? Childish itu sih. “ Ungkap Shara. “ Lomba melukis lagi? Baru aja bulan kemarin lo ngikutin lomba melukis, sekarang udah dipanggil lagi? Ckckkc … “
Faya menarik tangan Shara untuk berjalan keluar sekolah.
“ Syukurlah kalo gitu. Iya. Gue juga nggak tau kalo besok Kamis diadain lomba melukis lagi. Gue sebenernya capek banget, Ra. Harus nyiapin yang ini lah, itu lah. “ keluh Faya.
Faya yang memang sejak TK sudah suka melukis memang punya bakat untuk melukis. Lukisannya yang indah, membuat kedua orangtunya itu berniat ingin mewujudkan cita-cita Faya untuk menjadi seorang pelukis. Faya sudah sering dipilih oleh gurunya untuk mewakili sekolahnya semenjak dia SD. Dan waktu SMP dia pernah menjadi juara melukis tingkat nasional. Dan keberhasilannya itu dia dedikasikan untuk orangtunya dan sahabat yang sangat dia sayangi.
“ Oh iya Ra. Mau nggak lo nganterin gue beli peralatan melukis. Kebetulan banget bahan dan alat-alat melukis di rumah udah pada kurang bagus. “ Faya memohon kepada Shara.
Tanpa berpikir panjang lagi Shara langsung mengiyakan permohonan Faya.
“ Oke. Lagian hari inikan kita pulang cepet. Gue juga lagi pengen jalan-jalan nih! “
Mereka akhirnya menuju ke tempat menjual alat dan bahan untuk melukis. Mereka masuk ke dalam Mal.
Shara melihat kesana kemari aneka toko fashion yang banyak berdiri. Shara melihat banyak perubahan yang terjadi pada Mal ini setelah dia tak berkunjung selama kurang lebih 2 bulan. Banyak yang berubah, ya. Pikir Shara.
Saat berjalan menuju toko yang diinginkan Faya, mata Shara langsung tertuju pada orang yang sedang memilih-milih baju di toko fashion. Kak Azar? Bukannya dia masih kuliah di Bandung? Kok udah pulang sih? Berderet pertanyaan tentang kakaknya menghinggapi otaknya.
Dia berniat untuk menghampiri kakaknya itu. Ingin rasanya dia melepas rasa rindunya pada kakak satu-satunya itu.
“ Fay, gue mau ke toko fashion itu dulu ya? Lo tunggu di tempat biasa lo beli peralatan melukis. Gue tahu kok tempatnya. “ Shara meminta izin pada Faya sambil menepuk bahu Faya.
“ Oke deh! Gue tunggu disana! “
Shara berjalan pelan sambil memperhatikan wajah yang menurutnya itu Azar. Ya benar! Itu kak Azar!
Shara yang sengaja datang dari belakang kakaknya itu ingin sengaja mengagetkannya. Dan…
“ Kak Azar! Ngapain disini? “ Ucap Shara tiba-tiba sambil memukul bahu Azar.
“ Astaga! “ Muka Azar langsung reflex menoleh kebelakang sambil menebak suara yang tidak asing baginya. “ Shara? Ngapain kamu disini? “
Merasa aneh dengan pertanyaan kakaknya itu, langsung dia balik tanya.
“ Ngapain kakak disini? Bukannya kakak kuliah di Bandung? “ Shara melihat kakaknya yang berhenti di toko fashion cewek langsung kembali menginterogasi.
“ Hhmm… buat siapa tuh bajunya? Pastinya buat aku sama Mama kan? Hayo ngaku!! “
Azar yang mendengar celotehan adiknya itu hanya tersenyum manis. Dan membelai rambut adiknya yang panjang itu dengan sayang.
“ Kak Azar sengaja dateng kesini buat beliin kamu dan Mama baju. Kakak lagi mau liburan di rumah buat istirahat dulu selama 1 bulan. Kamunya ngapain disini, Ra? “
“ Shara lagi nganterin temen beli peralatan melukis. Oh iya kak aku mau nyusul temen aku dulu ya? Kakak langsung pulang ke rumah kan?? “
“ Iya. Nanti kita lanjutin di rumah aja ya, Ra! Buruan susul temenmu, nanti kelamaan nunggu. “ kata Azar akhirnya.
Shara tersenyum dalam hati. Shara sudah sangat rindu dengan kakaknya yang sudah 3 bulan tidak pulang ke rumah dengan alasan jadwal yang padat. Akhirnya rasa rindu yang sudah terpendam dapat di lepaskannya nanti di rumah. Senangnya hari ini. Hatinya berbicara.
*******
Shara melihat Faya sedang memilih-milih cat air di rak. Di tas belanjaannya sudah terisi dengan kuas dengan berbagai ukuran dan 3 buah kanvas.
“ Kayaknya yang ini aja deh! “ Kata Faya akhirnya.
Shara menghampiri Faya yang sudah ingin membayarkan belanjaanya itu ke kasir.
“ Udah selesai, Fay? Cepet banget! “ Shara menghampiri Faya sambil melihat belanjaan yang ada di dalam keranjang belanjaannya.
“ Udah dong. Cepet kan? “ Canda Faya.
“ Semuanya 150 ribu, dek. “ Ucap penjaga kasir sambil menyerahkan satu tas plastic besar.
“ Ini mbak. Pas. Makasih mbak! “
*******
Mereka berjalan keluar dari toko tadi yang berada di lantai 3.
“ Tadi lo beli apa di toko Fashion tadi? “ Tanya Faya sambil memperbaiki tas plastic.
Shara yang sejak tadi senyum-senyum karena senang dengan kedatangan kakaknya hanya menjawab dengan santai.
“ Tadi ada kakak gue yang kebetulan juga pengen beli baju fashion. Ya udah gue samperin aja. Siapa tau aja gue dibeliin! Hahahaa … “ cerita Shara sambil tertawa terbahak-bahak.
“ Hahahaa … “ lanjut tawa Faya kemudian.
*******
Jam 5 sore Shara baru sampai di rumah dengan lelah bercampur senang. Dia sudah tidak akan kaget lagi akan kedatangan kakaknya di rumah. Pasti kakaknya yang baik dan bawel itu akan meramaikan rumah itu. Kakinya ingin sekali cepat-cepat melangkah masuk ke rumah. Dari luar saja sudah terdengar tawa Azar yang terbahak-bahak. Dasar kakak! Pikir Shara sambil tersenyum.
Shara membuka pintu dengan perlahan-lahan. Tidak ada seorang pun disana. Tidak ada suara Kak Azar yang baru saja dia dengan di depan rumah. Kok nggak ada siapa-siapa sih? Aneh banget. Tadi baru aja aku denger suara kak Azar. Kok sekarang udah nggak ada lagi sih?
Dia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya di lantai dua tetapi menghentikan langkahnya. Ah! Aku tahu, kak! Kakak pasti mau ngagetin aku kan? Hayo? Udah keluar aja mumpung aku masih di bawah. Pikir Shara sambil menahan tawanya yang ingin sebentar lagi ingin meledak.
“ Kak Azar keluar dong! Aku ada di bawah nih! “ kata Shara akhirnya.
Shara memperhatikan keadaan sekelilingnya untuk memantau kalau ada Kak Azar datang mengagetkannya. Tak ada satupun yang menyahutnya. Tak ada reaksi juga.
Shara kembali melontarkan kata-katanya kembali.
“ Kak Azar! Shara ada di ruang depan nih! Aku udah kangen nih sama kakak. “ Shara mengucapkannya sambil menahan tawanya.
“ Aku nyerah deh! “ ucap Shara akhirnya sebelum menuju kamarnya di atas.
Shara membuka pintu kamarnya. Kamarnya gelap. Saat Shara menyalakan lampu kamarnya tiba-tiba …
“ Baaaa!!!! “ Suara laki-laki yang membuat Shara terkejut.
“ Aaaaaaa!!! “ teriak Shara sambil menutup matanya.
Shara teriak histeris setelah melihat kakaknya yang memakai kostum kepala gorilla. Azar sengaja ingin membuat adiknya itu menangis ketakutan karena sejak kecil Shara sangat takut dengan kostum kepala gorilla. Kostum kepala gorilla itu sebenarnya lucu, tetapi karena Shara sudah phobia duluan maka yang dibilang lucu orang lain malah membuatnya ketakutan.
Azar malah mendekatkan wajahnya yang masih tertutup dengan wajah gorilla sambil mengeluarkan suara khas gorilla.
“ Ha ha ha ha … “ Begitulah dia menirukannya.
Shara yang mendengarkannya tambah berteriak histeris sambil mengeratkan tangannya ke wajahnya dan menekukkan lututnya dengan sangat erat.
“ Huhuu …. “ Tangis shara ketakutan.
Shara masih menutupi wajahnya dan menangis. Kakaknya yang semula senang, kini kasihan pada adiknya yang sudah sangat ketakutan. Dibukanya kostum kepala gorilla itu dari kepalanya dan diletakkannya di kasur.
“ Hahahahaa … Masih takut juga adikku? “ ejek Azar menghentikan tangisan Shara.
Shara berhenti menangis. Dia lalu mengelap air mata di wajahnya dengan lengan seragam sekolahnya yang masih dikenakannya. Perlahan-lahan dia melepaskan tangannya. Dan ketika dia melihat siapa yang sedang berdiri dihadapannya, Shara langsung memeluknya dengan erat.
“ Huw… kakak! “ Eluh Shara sambil memukul-mukul punggung Azar.
Azar yang melihat reaksi adiknya memeluknya itu juga kembali mengejeknya sambil membelai rambut adiknya dengan lembut.
“ Adikku atut ya ama oila? “ Azar menirukan gaya bicara cedalnya Shara waktu masih kecil. “ Sini bial akak aja yang ucil. Canah oila! Pegi pegi!! Hahahaa …. “
Sharapun ikut tertawa dan melepaskan pelukannya.
“ Kakak nih jail banget sih! Udah tau aku takut sama kostum kepala gorilla, masih aja ditakutin! “ Shara pura-pura marah dengan memasang mukanya yang cemberut.
“ Kamu sih lucu! “ Azar mencubit kedua pipi adiknya yang tembem kayak bakpao.
Kedua kakak beradik itu hanya tersenyum dan tertawa bahagia melepas rindu setelah 2 bulan terpisahkan.
*******
Di ruang makan yang dimana biasanya terdapat 3 orang kini bertambah menjadi 4 orang. Kehadiran Azar membuat suasana ruang makan ini menjadi lebih berwarna dan ramai. Papa dan Mama yang baru saja pulang menyambut Azar dengan makan malam bersama dengan berbagai menu kesukaan Azar. Suka cita yang dirasakan bersama kini sedang ada di keluarga kecil ini. Papa dan Mama tampak senang sekali melihat putra satu-satunya ini telah menjadi orang yang membanggakan. Apalagi keputusan Azar yang kuliah mengambil fakultas hukum yang sama dengan Papanya. Semula Azar yang keras kepala dengan pilihan hidupnya kini telah menjadi orang yang mantap dan teguh. Tak lagi suka mengubah keputusan dan plin-plan. Mama yang terlihat bangga terhadap putranya itu tampak dari senyuman Mama terhadap Azar. Papa sudah lama tidak suka mengacak-acak rambut Azar kini kembali lagi melakukan kebisaaan lamanya setelah 2 bulan tidak melakukannya.
Shara pun ikut menceritakan kejadian di Mal tadi.
“ Padahal waktu kamu nyusul temen kamu di lantai 3 kakak sempet mampir ke toko mainan dulu buat beli kostum kepala gorillanya buat kamu! “
“ Dasar kakak curang! “
Azar menceritakan pengalamannya kuliah di Bandung yang baru menginjak semester 4. Pengalaman yang membuat adik dan kedua orangtuanya tertawa mendengar itu semua. Azar yang suka bercanda dan humoris itu tak jarang mengejek adikknya dan menceritakan kejadian kostum kepala gorilla itu pada papa dan mamanya. Shara yang tertawa mendengarkannya juga ikut membela diri dan kembali membalas ejekan kakaknya.
“ Siapa tuh tadi yang nangis gara-gara topeng doang? Hahahaha … “ Ejek Azar.
Shara yang mendengarnya tidak mau kalah membalas ucapan kakaknya itu.
“ Ih, kakak nih! Udah tau Shara takut sama itu malah ditakut-takutin. “ Shara sambil memasang wajah cemberutnya lagi.
“ Jelek tau mukanya kalo gitu! “ ejek Azar tak mau kalah. “ Nih buat kamu! “ Azar melempar kostum kepala gorilla kepada Shara. Dan kontras Shara langsung menjerit.
“ Aaaaaa!!!!!! Mama!!!!! “
“ Hahahaaa … “ Azarpun tak dapat menahan tawanya.
*******
Shara tiba-tiba ingin ke kamar Azar untuk melihat baju yang dibelinya tadi di Mal. Sifat keingin tahuan dan jailnya menghinggap di dirinya. Karena Azar sedang di luar rumah, Shara bisa dengan leluasa melihat-lihat apa saja yang dibelinya tadi. Baju yang tadi dibeli kak Azar mana, ya? Pikir Shara sambil membuka semua tas belanjaan milik Azar. Tak ada? Jangan-jangan bukan buat aku lagi?
“ Bingkisan kado? Buat siapa nih? “
Di salah satu tas plastic belanjaannya terdapat sebuah bingkisan kado berwarna biru ditambah dengan pita hiasan berwarna merah. Di baliknya terdapat amplop yang terkunci dengan tulisan di depannya From : Azar To : My heart. So sweet kak Azar! Siapa ya ceweknya? Sebetulnya Shara tak begitu memikirkan siapa itu pacar Azar. Aku harap wanita itu bukan dulu orang yang telah menyakiti hati kak Azar. Yang penting dia sayang pada kakaknya begitu juga sebaliknya. Aku harap cewek itu baik sama kak Azar dan jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi pada diri Kak Azar. Pikir Shara akhirnya lalu merapikan lagi barang-barang milik kakaknya.
Dua
Futsal!
Pagi jam 5. Udara masih dingin membuat Shara tak betah untuk melanjutkan mimpi indahnya. Malam tadi hujan deras sekali. Meninggalkan embun yang begitu dingin. Ia mematikan ACnya yang masih menyala. Entah apa yang membuat Shara bangun sepagi ini. Biasanya juga dia bangun jam setengah 6. Rasanya dia tak menyesal untuk bangun sepagi ini. Rasanya dia ingin melihat kakaknya yang masih tidur di kamarnya. Ingin sekali dia menjaili Azar di pagi ini.
Shara melihat jam dindingnya. Masih jam 5? Kak Azar pasti masih tidur?
Ia menuju kamar kakaknya di lantai bawah lalu membuka pintu kamarnya perlahan-lahan. Gelap!
Saat Shara menyalakan lampu kamar, tiba-tiba…
“ Duarr!!! Ngapain kamu disini? Nggak ketok-ketok dulu! “ tukas Azar sambil tertawa mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“ Kakak kok udah bangun sih? Biasanya juga bangun jam setengah 6. “ Shara juga melihat kakaknya yang sudah mandi dan keramas.
“ Sana mandi buruan! Kakak mau masuk dulu. Nanti pokoknya jam 6 lewat 15 kamu udah harus siap. Kakak mau anter kamu ke sekolah naik mobil. “ perintah Azar sambil menarik tangan Shara untuk segera keluar dari kamarnya.
“ Iya sih bawel. Nanti mau anter aku? “
Azar hanya menjawabnya dengan senyumnya yang manis.
Udah lama nggak dianter sama Kak Azar. Akhirnya waktunya juga sekarang. Ucap Shara dalam hati sambil menyunggingkan senyum di bibirnya lalu beranjak ke kamar mandi.
*******
Shara yang sudah berpakaian rapi bersiap-siap berangkat dengan diantar kakaknya. Rambutnya yang sepunggung di ikatnya seperti kuda. Kulitnya yang putih bersih dihiasi dengan arloji kesayangannya yang bergambar snoopy pemberian dari Azar sewaktu dia ulang tahun yang ke 16. Shara berkaca di depan cermin besarnya. Dia tersenyum manis. Memamerkan giginya yang sungging.
“ Nih cewek ngaca-ngaca aja. Udah cantik kok, Ra. “ Suara Azar tiba-tiba dari arah pintu sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah adiknya tersenyum sendiri. “ Ngapain sih kamu senyum-senyum sendiri? Aneh-aneh aja kamu. “
Shara yang terkejut dengan kehadiran kakaknya hanya tersenyum.
“ Kan aku udah gede. Tepatnya udah remaja. Jadi wajar dong anak remaja itu selalu menjaga penampilannya. Hahhaa … “
“ Dasar anak kecil. Ayo cepet! Udah sarapan belom? “
Shara heran melihat penampilan kakaknya. Pakaian sangat rapi. Seperti orang yang mau pergi ke kantor.
Shara tak menghiraukan pertanyaan Azar akan tetapi matanya tertuju pada cara berpakaian Azar yang aneh untuk di pagi hari.
“ Kakak mau kemana sih? Kok bajunya rapi banget? Kalo Cuma nganter aku sih pake singlet juga nggak papa. Hahaaa … “ Shara tertawa puas.
“ Kemana aja lah. Itu bukan urusan anak kecil. Yuk! “ Azar menghindar dari adiknya yang suka menginterogasi dirinya dengan mengajaknya keluar dari kamar.
“ Ma, Shara berangkat dulu ya?! “ Shara sambil mencium lembut tangan Mamanya.
“ Iya hati-hati ya, sayang? “ ucap Mama dengan sayang. “ Kamu udah sarapan? “
“ Udah kok Ma. Kak Azar mau nganter aku ke sekolah. “
“ Mana kak Azarnya, Ra? “ mata Mama sambil mencari Azar.
Tin tin !!! Bunyi klakson mobil Azar mengisyaratkan agar Shara cepat-cepat masuk ke dalam mobil.
“ Ma, Shara berangkat dulu ya? “ Ucap Shara sekali lagi. “ Dah Mama! “ Pamit Shara seraya melambaikan tangan ketika sudah berada dalam mobil.
Sementara itu Mama hanya tersenyum melihat kedua anaknya itu kini bersama kembali. Lengkap sudah kehadiran Azar di dalam keluarga ini. Aku bahagia melihatnya. Shara kini tak lagi kesepian.
Mobil melaju semakin jauh dari rumah. Dan Mama menutup pintu gerbangnya.
*******
“ Habis ini kakak mau kemana? “ Tanya Shara tiba-tiba menghentikan senyuman Azar ketika itu.
Azar berpikir sejenak. Mencari alasan yang tepat untuk adiknya agar percaya padanya dan tak menginterogasinya lagi seperti waktu.
“ Mau ke rumah sahabat kakak. Waktu itu kakak udah janji sama dia, kalau kakak habis pulang dari Bandung kakak akan main ke rumah dia. Ya … orangnya aneh. Masa sih jam 7 minta ketemuannya. “ Azar sesekali tertawa agar kebohongannya itu tak dirasakan oleh adiknya yang tak gampang dibohongi. “ Oh iya. Sekolah kamu tetep di SMA Juanda kan? “ Topik pembicaraan mereka tiba-tiba diganti oleh Azar dengan sengaja agar adiknya tak mengetahui kalau dirinya akan pergi ke rumah pujaan hatinya.
Azar tahu adiknya tak mau dia sampai patah hati dan sakit hati yang berkepanjangan setelah waktu itu ia dikhianati pacarnya. Azar tahu kalau Shara sangat peduli kepadanya, apalagi setelah ia sempat drop karena kekasih yang sangat dicintainya malah meninggalkannya bertunangan dan tahun depan akan segera menikah. Ia tetap berusaha tenang dihadapan adiknya.
Aneh banget sih kakak…
Namun kali ini Shara tak begitu bertanya-tanya soal itu. Dia tak mau begitu mencampuri urusan pribadi kakaknya. Dia sangat sayang pada kakaknya, sehingga ia tak mau kakaknya mengalami kejadian itu lagi. Ia tak mau kakaknya patah hati terlalu lama itu terulang lagi pada dirinya. Sebenarnya Shara ingin mencoba membantunya dalam memilih pasangan. Tapi ia tahu apa? Pacaranpun Shara belum pernah. Sekarang ia sadar kalau kakaknya kini sudah dewasa, sudah mampu menerima keputusan apapun. Termasuk dalam hal percintaannya. Sekarang ia tahu bahwa kakaknya kini telah berubah menjadi lebih dewasa dan berpikiran lebih matang.
Syukurlah… Shara nggak nanya yang macem-macem. Aku tahu kamu sangat sayang pada kakak, Shara. Tapi Kak Azar yang dulu akan kakak buang jauh-jauh. Kakak kini sudah dewasa, sudah bisa menentukan masa depan hidup kakak. Sekarang kakak sudah dapat menerima hal walaupun itu sangat pahit dan menyakitkan. Kakak akan melupakan kejadian itu. Akan aku buang jauh-jauh pengalaman yang pahit itu. Buat apa disesali? Toh dia nggak akan kembali lagi di sisiku. Dan kamu Anita … kamu adalah perempuan hebat. Perempuan yang dapat menaklukan aku dan kamu juga yang membuat aku jatuh dan tak dapat bangun lagi. Aku disini hanya mendo’akanmu supaya kamu bahagia bersamanya. Semoga saja kamu tak mengalami pengalaman pahit seperti yang aku alami satu tahun lalu. Terima kasih Anita kamu sudah mampu menghancurkanku. Tapi berkat kehadiranmu juga aku dapat berubah dari sifat temperamentalku dulu…
“ Udah sampai nih, Ra. “ Azar menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolahnya yang belum banyak muridnya.
“ Em… Udah nyampek ya. Nggak kerasa amat. “ Shara merapikan seragamnya sebelum turun dari mobil. “ Aku turun dulu ya, kak! Hati-hati nyetirnya! “ kata Shara akhirnya.
Azar hanya tersenyum mendengar perhatian adiknya.
Mobil Azar melaju kencang. Dan dalam hitung detik sudah jauh meninggalkan sekolah.
*******
Baru sampai di kelasnya, hp Shara yang dikantongi bergetar. Rupanya pesan datang dari Faya.
From : Faya (my best friend)
Ra, gue nanti gk msuk skolah. Gue demam dr semalem. Suratnya udh gue kasih sama Pak Budi, nanti dianter kok ke kls. Thanks J
Faya demam? Yah … gue duduk sendiri dong hari ini!
To : Faya (my best friend)
Oke. Get well soon ya, Fay! Gue do’ain semoga hari ini aja lo gk msuk’y. Btw gue udah ada di skolah loh. Hihihi XD
From : Faya (my best friend)
Mudah2an aja hari ini aja gue ijin’y. Thanks, friend! Gila lo? Ini kan baru stngah 7. Naik apa lo k skolah? Wkwkwk J
To : Faya (my best friend)
Gue dianter ma kakak gue pake mobil. Cpet dong! Kan nyetirnya pake kasih sayang. Hahahahaa … :D Eh, Fay! Gue mau piket dulu ya! Gue juga agak nyesel dtg pagi2 gini. Disuruh piket satu ruangan penuh. Bye….
Faya yang membaca pesan dari Shara hanya tertawa lemah. Badannya panas dingin dan menggigil. Tapi ia sanggupi untuk menghibur dengan sms-an dengan sahabatnya.
*******
“ Attention, please!! “ Suara puber Fajar si km kelas 11 B itu terdengar menggaung. “ Nanti kita kehadiran tamu dari sekolah sebelah kita, SMA Panduwara. Istirahat nanti mereka akan datang ke sekolah kita untuk bertanding futsal dengan team sekolah kita. Ini dalam rangka memeriahkan hari Sumpah Pemuda. Jangan lupa nonton ya, di lapangan futsal barat. Dan kasih dukungannya buat team futsal sekolah kita agar lebih semangat! “
Murid-murid yang mendengarkannya langsung berteriak dan bersorai.
“ SMA Panduwara yang di sebelah sekolah kita itu? “ tanya Lena tak percaya.
“ Yup! Kenapa? Lo pasti pengen liat pemainnya yang cool-cool itu kan? “ jawab Fajar mengejek. “ Dan lo pasti ngarep Dika si kapten itu main? Iya kan? Hahahaha … “
Muka Lena langsung memerah dan memasang lagak centilnya.
“ Si Fajar nih tau aja! Yak! Kita semua pasti ngarep si Dika itu dateng! “ sambung Lena dengan hopeness.
Shara yang terlihat biasa-biasa aja itu hanya bicara dalam hati sambil membaca novel. Segitunya sama Dika. Andai mereka tahu kalau gue gebetannya. Pasti mereka langsung envy sama gue dan gue dijamin pasti dimusuhin sama grup Brendy-G itu! Hahhaaa … Emang Dika banyak yang ngefans ya? Gue aja baru tahu. Dasar cewek genit! Tapi mudah-mudahan Dika nggak macem-macem di sekolah gue! Dia kan suka banget kasih gue kejutan. Semoga kejutannya nggak yang aneh-aneh!
“ Yeh! Apa sih yang buat Dika banyak yang suka? Ganteng sih nggak begitu! Apa sih? Apa yang buat cewek-cewek pada melting kalo ngeliat dia? “ Anton langsung berdiri dan berbicara keras dan lantang sambil menaikkan tangannya seperti calon kepala daerah yang lagi kampanye.
Anel, salah satu anggota Brendy-G yang tak terima dengan pernyataan Anton langsung membalikkan pernyataan Anton.
“ Buka dong mata lo, Ton! Dia tuh guardian angel kita tau! “
Apa? Guardian angel? Lebay ah! Segitunya kalian ini. Shara menahan tawa.
“ Iya ni, gue buka mata. Nih! “ Anton langsung membuat besar matanya dengan tangannya. “ Kalo Dika udah punya pacar atau gebetan, gimana perasaan lo semua? Masih nganggep guardian angel? Hahaa … “
Tiba-tiba Shara ingat waktu Dika mengajaknya jalan-jalan ke taman kota sewaktu masih SMP. Dika tiba-tiba menjemput Shara yang komplek rumahnya berdekatan dengan komplek rumah Shara. Dika mengajak sahabat sekaligus seseorang yang ia suka itu untuk mengantarnya membeli pop corn. Sungguh alasan yang tidak tepat sama sekali! Di sepanjang jalan, Shara hanya tertawa dalam hati mengingat Dika mengajaknya beli pop corn dengan wajah yang gugup. Di jalan juga, mereka berdua hanya terdiam kaku. Dika yang gelisah dan gugup. Dan Shara yang hanya tertawa dalam hati melihat sahabatnya itu diam kaku seperti itu.
“ Kenapa sih lo, Dik? “ tanya Shara mencairkan suasana. “ Kenapa sih, bro? Kita cuma beli pop corn doang kan? Nggak ada yang lain kan? “
Dika hanya diam, lalu ia tersenyum manis pada sahabatnya.
“ Em … Iya … Ng … ng … nggak ada yang lain kok! Kita nggak kemana-mana lagi! “ Dika berbicara dengan gagap.
Kenapa sih si Dika? Aneh? Lagi sakit apa dia, ya?
“ Lo kenapa, Dik? Sakit? Kita pulang aja yuk? “ Shara menarik Dika pulang. “ Apa kalo lo udah kebelet pengen pop corn gue beliin aja di toko itu. Lo tunggu disini aja, ya? Atau lo tunggu di bangku taman itu aja? “
Dika hanya menggeleng. Lalu ia menggenggam tangan Shara dengan eratnya.
“ Gue nggak apa-apa, Ra. Kita lanjut aja beli pop cornnya! “ Dika tiba-tiba semangat dan masih menggenggam tangan Shara.
Tiba-tiba jantung Shara berdetak tak karuan. Entah apa yang sedang dirasakannya kini. Perasaan pertama kalinya yang baru dirasakan. Baru dirasakannya genggaman erat dari sahabatnya sejak SD itu. Duh!?!?! Kenapa sih gue? Nggak jelas nih jantung!
Setelah membeli pop corn Dika mengajak Shara ke taman dekat rumah Dika. Kini Dika bersikap seperti ia mengajak Shara untuk beli pop corn. Diam. Tak bersuara. Pop corn yang tadi dibelinya pun tak satupun belum dimakan. Tiba-tiba …
“ Ra … “ Satu kata dari Dika mencairkan suasana yang sebelumnya membeku.
“ Iya … “
“ Aku mau nanya sesuatu … Kita masih jadi sahabat kan? “
Shara heran mendengar ucapan sahabatnya itu. Lalu dengan tegas ia jawab.
“ Iya. Kita masih jadi sahabat! Sampai kapanpun itu! Gue nggak bakal nyia-nyiain persahabatan kita sejak kita SD. Ya! Sejak SD. Lebih tepatnya sejak kelas 3 SD. Kita udah bersahabat selama 6 tahun! Pokoknya persahabatan kita nggak boleh putus. Sampai kapanpun, Dik! “
“ Iya… aku tahu. Kamu atau aku pastinya nggak bakal memutuskan persahabatan kita yang udah 6 tahun kita jalin. “ kata Dika akhirnya.
“ So? “
“ Shara … “
“ Ya? “
“ Aku mau … “
Tiba-tiba lampu di taman itu mati. Dan seluruh lampu di daerah itu mati semua.
“ Aaaaa!!!! “ Shara menjerit.
Dika yang disebelahnya hanya mencoba menghilangkan ketakutan Shara pada kegelapan.
Ah, sial! Gerutu Dika dalam hati.
Shara terus menahan tawa dibangkunya saat mengingat kembali kejadian itu bersama sahabatnya, Dika.
*******
Sementara di lapangan barat outdoor futsal semakin ramai saja. Dari pendukung SMA Juanda sampai SMA Panduwara yang tidak mau kalah mendukung teamnya masing-masing. Mereka sampai membuat yel-yel untuk team mereka. Apalagi murid ceweknya yang selalu mencari perhatian pada pemain futsalnya. Anak-anak futsal SMA Panduwara memang tinggi badannya dan berwajah handsome serta memiliki skill yang hebat. Sebagian pandangan murid cewek tertuju pada Dika, si kapten futsal SMA Panduwara. Dia sedang berdiri di pinggir lapangan sambil mengenakan rompi kostum futsal berwarna biru tua. Matanya kini beralih ke antara para supporter di sekeliling lapangan. Dia mencari sahabat sekaligus pujaan hatinya, Shara. Dia berharap Shara datang untuk melihatnya bermain. Tapi tak ada dia disana.
Kemana sih Shara? Apa dia nggak nonton? Dika mulai gelisah dan sangat berharap Shara datang untuk melihat Dika bermain.
Kedua team kini sedang menerima pengarahan dari masing-masing pelatih di pinggir lapangan. Dan setelah mereka siap, pertandingan pun segera dimulai.
“ Yeah!! SMA Juanda is the best! Is the best! Is the best! “ teriak para supporter dengan semangatnya.
Para supporter SMA Panduwara yang jumlahnya tidak sebanyak seperti sekolah lawannya tidak mau kalah.
“ Elao’ Elao’ Elao’ ee!! Panduwara High School is good play! “
*******
Sementara di dalam kelas hanya Shara seorang. Ia baru menyelesaikan membaca novelnya.
“ Selesai juga! Sekarang nonton futsal! “ Shara memasukkan novelnya ke dalam tas.
Ia berjalan menuju lapangan outdoor futsal sebelah barat. Dilihatnya sekerumunan murid-muridnya sudah banyak yang berkumpul.
Ia berdiri paling belakang. Dika main juga ya ternyata? Shara tersenyum melihat sahabatnya itu berdiri memimpin untuk mengawali permainan. Sebagai kapten dia berhak memilih di sebelah mana teamnya bermain.
Prriitttttttttttttt!!!! Suara peluit panjang dibunyikan wasit sebagai awal jalannya pertandingan.
Sorak sorai pendukung dari kedua belah pihak mulai meramaikan pertandingan. Mereka juga ada yang membicarakan Dika. Dam memuji-muji Dika.
“ Pasti yang jadi pacarnya Dika beruntung banget. Beruntung bisa ngedapetin Prince Charming kayak dia. “ Ujar kakak kelas Shara.
“ Iya. Beruntung banget. Dari wajahnya aja Dika itu kayaknya orangnya setia kawan dan tipe cowok setia deh! Liat tuh keren kan orangnya. Cool abis! “ balas temannya yang juga mengagumi Dika. “ Oh iya! Coba pacarnya ada disini. Gue pengen liat wajah pacarnya. “
“ Pacarnya mungkin lagi di sekolah. “
Shara yang mendengarkan pembicaraan mereka hanya tersenyum dan menyadari kalau sesungguhnya ia beruntung bisa menjadi sahabat Dika yang setia kawan itu.
“ Goal!!!! Yeah!!!! “ sorak supporter SMA Juanda saat sekolah mereka unggul 1 – 0.
Mata Dika terus mencari Shara. Ia sangat begitu menginginkan kehadiran sahabatnya. Shara yang mengerti bahwa Dika mengharapkan dirinya untuk datang, ia mendekat ke pinggir lapangan sehingga posisinya kini paling depan.
Shara memberikan senyuman pada sahabatnya yang paling manis. Dan dika pun membalasnya dengan senyumannya. Shara memberi applause kepada Dika sebagai pembangkit semangat untuk sahabatnya.
“ Semangat!!! “ Shara menggerakkan bibirnya meski suaranya tak dapat didengar Dika.
Dika membalasnya dengan mengangkat jempolnya.
Mungkin karena semangat yang diberikan Shara, Dika menjadi lebih agresif dan optimal dalam bermain. Dika dkk pun menjadi lebih percaya diri. Dan 10 menit setelah gawang sekolah Dika bobol, mereka pun dapat membalasnya itu. Dan skor kini pun berubah menjadi 1 – 1. Tak lama setelah SMA Panduwara menyamakan kedudukan, tembakan dari jarak jauh dari Dika membuat skor berubah menjadi 2 – 1 untuk SMA Panduwara.
Sorak-sorai dari para pendukung SMA Panduwara membuat pertandingan lebih memanas. Shara yang terlihat gembira itu juga berkali-kali bertepuk tangan dan tersenyum. Pertandingan babak pertama telah usai. Skor tetap 2 – 1. Para pemain pergi untuk break sebentar dan diberikan pengarahan dari setiap pelatih.
Shara duduk sendiri di bangku dekat lapangan futsal. Biasanya ia bersama Faya kini ia hanya seorang diri. Tiba-tiba kehadiran Dika dari kejauhan membuat kesendiriannya itu buyar. Ia melambaikan tangan dari kejauhan sambil memegang botol minuman.
“ Ra! “ panggil Dika ramah. “ Gimana penampilan aku? “
Dika duduk di samping Shara sambil meminum minumannya.
“ Keren kok tadi kamu. Sorry ya, aku tadi dateng telat! “ Puji Shara sambil tertawa. “ Tadi ada kakak kelas aku ngomongin kamu. “
“ Nggak apa-apa kok. Ngomongin aku? Ngomongin apa, Ra? “ Dika menghentikan minumnya lalu jarinya menunjuk dirinya sendiri.
“ Iya. Mereka kayaknya ngefans banget sama kamu. Mereka bilang, beruntung banget ya yang jadi pacarnya Dika. Beruntung bisa ngedapetin Prince charming kayak dia. “ Shara menahan tawanya kemudian menambahkan. “ Lebay tuh orang. Dasar kakak kelas! “
Dika yang mendengarnya hanya tertawa juga. Ia memang sadar kalau di sekolah Shara banyak yang mengaguminya. Apalagi cewek-ceweknya. Makanya ia sudah terbiasa dengan pembicaraan-pembicaraan mereka yang kadang terdengar aneh di telinga Dika.
“ Emang aku ganteng kan? “ Dika melipatkan tangannya.
“ Huek!! Hahaaa … “ Ejek Shara bersahabat. “ Oh iya… kalau aku tadi nggak dateng gimana? “
Dika terdiam. Aku nggak akan bisa bermain dengan sempurna seperti tadi. Kehadiran kamu membuat aku jadi lebih semangat!
“ Ya … nggak apa-apa. Lagian nggak ngefek tau nggak. Mau ada kamu atau nggak ada itu sama sekali nggak berpengaruh sama pertandingan tadi. “ Dika membalas ejekan Shara.
“ Semua pemain harap berkumpul kembali! “ Suara Pak Sahim terdengar hingga bangku mereka.
“ Ra, kamu mau nonton lagi, kan? “
“ Iyalah friend! Aku kan sahabat kamu! “ Shara menepuk pundak Dika.
*******
Di babak kedua ini team Dika dkk terlihat lebih agresif. Permainannya sangat rapi. Berkali-kali Dika dkk ingin menyerang ke gawang lawannya. Permainannya semakin memanas. Apalagi dukungan para supporter tuan rumah yang membisingi lapangan. Akibat sundulan bola oleh pemain SMA Panduwara, kini skornya berubah menjadi 3 – 1. Diantara wajah pesimis dari supporter tuan rumah, Shara sangat menikmati permainan ini. Ia senang karena sahabatnya bermain bagus. Ia juga tak tahu ia berada dipihak mana. Yang terpenting baginya adalah siapapun dia yang menang, pastinya dia adalah team yang memiliki skill yang baik.
Skor pun bertahan 3 – 1 sampai akhir pertandingan di babak kedua ini. SMA Panduwara mampu mengalahkan SMA Juanda yang terkenal memiliki pemain dengan skill yang baik. Supporter SMA Panduwara melakukan selebrasi. Sedangkan supporter tuan rumah hanya menerima kekalahan dengan membubarkan diri menuju kelas.
Dika berjalan kearah Shara yang ketika itu masih ada lumayan banyak anak-anak futsal.
“ Kita pulang bareng aja yuk! Kebetulan aku lagi bawa motor. “
Shara memandang sekitar sambil memikirkan jawabannya.
“ Boleh kok! Kenapa nggak? “ Shara meminta Dika agar ia menunggunya di gerbang sekolah sementara ia mengambil tasnya di kelas.
*******
Dika menunggu Shara di gerbang sekolah sambil duduk di atas motor tigernya, setelah ia mengganti bajunya menjadi seragam putih abu-abunya. Shara yang sudah Nampak di dekat gerbang, ia lari kecil agar cepat sampai di tempat Dika menunggu.
“ Lama nunggunya? Sorry ya? “ Shara membetulkan seragamnya yang mulai terlihat acak-acakan.
“ Enggak kok. Tadi juga aku habis ganti baju di toilet. “
“ Langsung pulang kan kita? “
“ Iya lah. Emang kamu maunya kemana gitu, Ra? “ Dika tertawa kecil lalu menyalakan motornya.
“ Pulang lah! “ Shara menjitak kepala Dika.
“ Aw! Sakit tau! “
“ Biarin aja. Hahaaa … “
Mereka pun pulang dengan membawa kebahagian.
Tiga
Bersama Dika
Sekarang memang hari Minggu. Shara tak punya acara satupun. Kalau biasanya libur begini ia hanya membaca novel teenlit yang suka ia beli di toko buku. Tapi ia sudah sangat bosan dengan kegiatan yang sering ia lakukan. Tiba-tiba ia teringat akan Faya. Kemarin ia belum sempat menanyai kabarnya. Pikirnya Faya sudah baikan. Lagian Faya bilang kemarin ia Cuma demam.
Shara mengambil handphonenya dan langsung mengetik dengan lincah.
To : Faya (my best friend)
Fay, gmna kbar’y? Sorry ya, kmren gue blm sempet nanyain kbr lo…. ^_^
Rupanya Faya sudah bangun jam 6 begini. Jadi pesan pun sudah datang.
From : Faya (my best friend)
Gue skrg udh mndingn kok. Semalem emg demam nd menggigil. Tp td pg bdn gue udh jd normal lg. Gmana kmren? Pasti lo kesepian kan gr2 gk ada gue? hahahaha …
To : Faya (my best friend)
Biasa2 aja kok. Hehehe … oh iya! Kmren ada futsal loh… skolah kita lwn SMA Panduwara. Seru abis! Sayangnya skolah kt kalah .. L
Faya terperanjat saat melihat kata SMA Panduwara. Bayangannya beralih pada sahabatnya dulu saat di SMP. Faya kembali mengingat masa-masanya saat masih SMP. Dika, sahabatnya dulu yang telah membuatnya jatuh hati. Semula Faya yang hanya berteman dan mengagumi Dika yang peduli dan setia kawan itu, malah sangat menyayanginya melebihi teman dan sahabat. Dika tak pernah bercerita padanya tentang kekasihnya. Dika memang yang waktu itu belum mempunyai gebetan dan juga pacar. Faya kini sadar jika saat ini Dika telah menjadi seorang yang mempunyai banyak penggemar, karena dia seorang kapten futsal yang memiliki wajah dan kepribadian yang baik. Sampai saat ini Faya belum bisa melupakan sahabat lamanya itu. Semakin ia melupakannya, semakin ia mengingatnya. Ia hanya bisa mengungkapkan perasaannya lewat lukisannya. Lukisannya yang menggambarkan isi hatinya. Lukisan yang bersifat ekspresionisme maupun bersifat abstrakionisme yang ia buat.
Faya ingat betul saat Dika bertanya pada dirinya.
“ Fay, kalo boleh jujur dari hati lo, wajar nggak sih kalo sahabat pacaran sama sahabatnya sendiri? “ Dika menatap Faya dengan serius dan matanya seperti mengharapkan jawaban iya dari mulut Faya.
Faya yang kala itu kaget, hatinya sudah mulai dag dig dug duluan. Ia menganggap jika Dika juga mempunyai rasa terhadapnya. Apa Dika mau … ???
“ Boleh boleh aja kok. Asalkan ia tetap menjalin persahabatan itu sendiri, dan jangan sampai memutuskan persahabatan itu. Dan kalau mereka putus, mereka harus tetap bersahabat, karena persahabatan itu sulit untuk dibuat. “
Dika yang mendengar jawaban Faya langsung beranjak berdiri dengan hati yang senang.
“ Thanks banget ya, Fay!!! Bye.. gue mau keluar dulu! “ Dika keluar dengan harapan yang besar.
Faya yang tersenyum melihat kegirangan Dika, hanya berharap kalau dirinya lah yang dimaksud Dika.
From : Faya (my best friend)
Oh ya?? Psti seru bgt! Coba kalo gue masuk wktu itu.. L
Faya tak mengira jika Dika mengikuti pertandingan futsal itu dan ia juga tak menyangka kalau sebenarnya Dika juga menjadi kapten futsal, seperti saat SMP nya dulu.
To : Faya (my best friend)
Iya. Seru abis gila. Apalagi kakak kelas cewek kita yang pada demen ama kapten tim futsal SMA Panduwara. Padahal kaptennya itu shbt gue sndiri wktu SD.
Faya tak berpikiran sejauh itu. Sampai-sampai ia tak mengira kalau yang dimaksud Shara adalah Dika.
From : Faya (my best friend)
Wah … pasti gntng bgt ya?? Siapa sih kapten’y? Penasaran gue …
Shara tertawa kecil. Sejak Shara bersahabat dengan Faya yang baru 5 bulan lalu, Shara memang tak banyak cerita tentang sahabatnya dulu maupun kakaknya. Shara memang murid baru pindahan dari SMA yang masih wilayah Jakarta.
To : Faya (my best friend)
Ganteng sih lmyan. Dika namanya. Dika Adibinawara namanya. Sahabat gue wktu SD.
Dika? Dika Adibinawara? Dika bersahabat dengan Shara? Waktu SD? Kenapa waktu itu Dika nggak pernah cerita sama aku tentang Shara? Dan … apa mungkin waktu Dika nanya ke aku tentang sahabat berpacaran dengan sahabat itu buat Shara? Pertanyaan bertubi-tubi yang menyelinap di otak Faya. Tapi ia tak mau menanyakannya langsung pada Shara. Mungkin waktunya belum tepat untuk menanyakannya langsung pada Shara saat ini. Yang Faya inginkan saat ini jangan sampai Shara tahu perasaannya pada Dika. Ia tak mau juga Shara sakit hati dan lalu membencinya.
Aku belum tahu perasaan Shara sama Dika. Dan aku juga belum memastikan kalau Dika masih suka sama Shara. Aku tahu Shara sahabat aku. Tapi aku tahu Dika juga sahabatku. Apa aku salah telah mencintai Dika tanpa sepengetahuan Shara? Aku nggak mau mereka membenci aku. Mereka berdua sangat berarti dalam hidupku. Walaupun kini Dika tak pernah berkomunikasi dengannya lagi. Dan Faya sengaja ingin menghilang dari Dika untuk bisa melupakannya. Tapi selalu tak bisa. Dan Dika selalu ada dimana pun ia berada.
*******
Faya yang sudah sehat kembali kini menuju ruang multimediannya yang terletak di dalam kamarnya. Ruangan yang terdapat banyak lukisan tentang dirinya dan Dika. Lukisan yang menjadi saksi perasaan Faya.
Faya memandang salah satu lukisannya dari sekian puluh lukisan. Lukisan yang dibuatnya saat ia pertama kali menyimpan perasaan pada Dika. Di lukisan itu ada seorang remaja laki-laki dan perempuan sedang bergandengan. Faya tersenyum lemah. Yang dirasakannya saat ini adalah perasaan yang serba salah. Kini ia diantara kedua sahabatnya, Dika dan Shara. Kedua remaja di lukisannya tampak bahagia. Saling tersenyum memandang satu sama lain. Ini kontras dengan keadaan yang sesungguhnya. Dika yang tak mencintainya dan hanya menganggap Faya adalah sahabatnya, tidak lebih dari itu.
*******
Sementara di rumah, Shara bosan sendiri. Kakaknya yang sejak semalam tak pulang ke rumah karena menginap di teman lamanya. Ia merasa kesepian. Ia teringat Dika. Ia ingin ke rumah Dika untuk menghibur diri dan mengajaknya jalan-jalan ke luar rumah.
Shara berjalan ke rumah Dika yang komplek rumahnya tak jauh dari rumahnya. Shara yang hanya memakai celana tiga perempat dan t-shirt kesukaannya hanya ingin mengajak Dika kemana saja. Ia tak tahu tempat yang bagus untuk jalan-jalan di sore hari seperti ini.
“ Ra, mau kemana kamu? “ tanya Dika dari arah belakang Shara yang sudah hafal betul dari rambut panjang Shara yang dikuncir kuda.
Shara melihat Dika yang sudah berpakaian rapi. Celana jeans dan sweater serta sneakersnya sangat tidak sesuai dengan pakaian Shara.
“ Em… kebetulan nih, Dik! Aku lagi bĂȘte. Makanya aku mau ke rumah kamu. Karena kamunya disini aku nggak perlu ke rumah kamu segala nih! “ Shara senang karena ia tak perlu ke rumah Dika lagi. Karena ia sudah ada disini. “ Kamu mau kemana gitu, Dik? “
“ Wah… kebetulan juga. Aku mau ngajak kamu pergi ke Mal. Sekalian aku mau traktir kamu, karena aku udah ngalahin sekolah kamu. “ Dika menahan tawanya.
“ Sial !!! “ gerutu Shara yang kemudian disusul tawanya.
“ Bolehlah! Sekali-kali!! “
Shara menyetujui ajakan Dika. Shara pulang ke rumah untuk mengganti pakaiannya agar senada dengan pakaian Dika.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar